Aceh Utara, BAP--Sungguh tak disangka kalau dibalik wajah anggun Hayaturrahmi (30) yang dibalut kerudung hitam menyimpan derita sudah berpuluh tahun lamanya, bahkan dari sekilas pandang wanita berparas cantik jelita ini terlihat biasa saja.
Saat itu, Hayaturrahmi duduk berdampingan dengan Ibunya Nurbaiyah (70) setelah menyambut tamu istimewa H. Sudirman alias Haji Uma yang sengaja datang membezuknya.
Alkisah, usai sholat berjamaah Jumat, 21 Oktober 2022 lalu red, senator Aceh Haji Uma dan rombongan tiba di rumah Hayaturrahmi di Gampong Ie Tarek 1 Kecamatan Simpang Keramat Kabupaten Aceh Utara.
Seperti biasa Haji Uma sengaja hadir untuk Hayaturrahmi (30) putri sulung Nurbaiyah dari enam bersaudara yang sudah 20 tahun mengidap Epilepsi.
Ekspresi terkejut berbaur haru dan isak tangispun tak terbendung, raut wajah sedih datang seketika serta deraian air mata pun terlihat membasahi wajah Nurbaiyah.
Betapa tidak, tamu kehormatan yang tak disangka datang adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) untuk Aceh, dan khusus membezuk Rahmi panggilan akrap Hayaturrahmi di kediaman orang tuanya.
Diatas tikar yang terbentang lebar, Nurbaiyah mengisahkan tentang nasib putrinya yang telah ditinggalkan Ayahnya menghadap sang Khaliq.
“Beginilah kondisinya Tgk. Haji, terkadang normal seperti orang sehat, tiba-tiba bisa berubah tubuhnya gemetar saat Epilepsi menghampirinya,” buka Nurbaiyah sambil mengusap air mata.
Menurut Nurbaiyah, Hayaturrahmi dulunya adalah gadis periang, 20 tahun yang lalu ia selayaknya gadis normal lainnya dan menuntun ilmu di Dayah Ulumuddin Cunda.
Ditengah mengenyam pendidikan di Dayah itulah Allah berhendak lain, Rahmi mengalami Epilepsi. Dan sakitnya semakin parah hingga tak bisa berjalan sudah 13 tahun.
“Ia (Rahmi) anak yang sopan dan disukai teman-temannya" ucap Nurbaiyah terbata-bata.
Sejak 13 tahun itu pula Rahmi tak pernah berhenti berobat, baik ke dokter maupun berobat tradisional.
Meski ditengah kondisi sakit, Karena parasnya yang cantik banyak laki-laki yang melirik Rahmi, buktinya Rahmi sempat berumah tangga dan dikaruniai seorang Putra yang kini diasuh oleh abang kandung Rahmi.
Namun sayangnya, sebelum Rahmi melahirkan Rahmi ditinggailkan suaminya begitu saja dalam kedaan hamil tua hingga sekarang. (Sekarang resmi jatuh talak setelah dipasah).
Hari demi hari Nurbaiyah senantiasa menjaganya. Konon lagi ketika mengalami Epilepsi, tubuhnya kejang-kejang dan meronta-ronta.
Bahkan ketika terjadi Epilepsi Rahmi diikat dengan kain dan diganjal bantal agar tidak terbentur dengan benda keras.
Sang Ibu pun yang sudah lansia ini tak pernah jenuh dan bosan merawat Rahmi, Nurbaiyah adalah perempuan yang hebat disertai kelembutan hatinya.
Dibalik wajahnya yang mulai keriput terlihat rasa kasih sayangnya yang begitu besar untuk anaknya, Ia tidak pernah mau menyerah menjaga dan membawa Rahmi berobat.
Mendengar kisah Nurbaiyah membuat wajah Haji Uma berubah, tak ubahnya seperti orang manahan kesedihan.
Haji Uma mengaku mendapat kabar Rahmi via Video pendek melalui pesan Whatsapp yang terimanya hingga melihat langsung.
Menurut Haji Uma, kondisi Rahmi saat ini tidak hanya mengalami Epilepsi berkala, akan tetapi efek dari kerapnya Epilepsi, tubuh berubah dan kian melemah, sehingga penderita mengalami kelumpuhan.
“Setelah kami menerima video yang bersangkutan dan melihatkondisinya melalui video yang dikirim melalui WhatsApp, kami langsung menjadwalkan kunjungan atau bezukan,” pungkas Haji Uma saat berada di Rumah penderita Oktober lalu red.
Haji Uma juga mengaku kesal atas kebijakan berobat gratis yang diselenggarakan oleh pemerintah. Hayaturrahmi yang dengan jelas termasuk katagori sebagai penyandang disabilitas tidak mendapatkan bantuan dari BPJS kesehatan.
Didampingi staf kerjanya, Hamdani, Madnu dan Muhammad Furqan, Haji Uma pun berang atas kebijakan BPJS.
“Kami mendapatkan keluhan keluarga juga yang menyebutkan, pihak keluarga telah menempuh beragam pengobatan dari Medis hingga pengobatan ala Rukiyah. Nah, disini kami mendapatkan laporan bahwa, tiga kali pihak keluarga membawa pasien ke Penang Malaysia di tahun 2012 hingga 2013 lalu,” kata Haji Uma
Sembari menambahkan, Pasien juga pernah dirujuk ke RSUCM Kota Lhokseumawe dan RSUZA Banda Aceh.
"Disini kita pahami, biaya kesehatan itu berat bagi rakyat, dan pemerintah telah mengalokasikan dana wajib pada program BPJS,” tukas Haji Uma.
Haji Uma pun menyebut, pihak keluarga sempat menyampaikan kepadanya tetang konsumsi obat generic yang tidak tersedia di rumah sakit.
“Keluarga harus memesan obat diluar Rumah Sakit, dan disini BPJS pun tidak menanggung beban berobat pasienini. Keluarga menyampaikan, harus mengeluarkan biaya sekurang-kurangnya satu juta untuk membeli obat di luar Rumah Sakit setiap saatnya" tambah Haji Uma.
Anggota DPD -RI ini berharap, kasus-kasus yang demikan harus menjadi perioritas pemerintah dan BPJS dalam melakukan pendataan keanggotaan BPJS.
"Kita akan berkoordinasi dengan pihak rumah sakit juga BPJS Kesehatan, sehingga beban keluarga pasien bisa tanggulangi" ujar Haji Uma.
Sementara itu, Jurnalis Senior Ismail Abda, kakak kandung Hayaturrahmi yang tinggal di Kabupaten Aceh Timur mengaku terkejut atas kunjungan Haji Uma ke kediaman orang tuanya di Simpang Keramat.
Melalui sambungan telepon selulernya langsung menghubungi penghubung Haji Uma yang ada di Kabupaten Aceh Utara yaitu Abdul Rafar yang sering disapa Ketua Perbatasan.
“Kami sekeluarga hanya mampu mengucapkan Terimakasih yang tak terhingga kepada Haji Uma dan Nazaruddin yang sering disapa Abu Saba Pengusaha Aceh yang sukses di Negeri Jiran Malaysia dan sekaligus penghubung Haji Uma di luar Negeri, semoga impian sang senator Aceh ini terwujudkan atas nama rakyat Aceh, Aceh membutuhkan figur-figur seperti Haji Uma, tolong sampaikan terimaksih saya kepada Haji Uma yang telah berupaya mengurangi beban keluarga saya" ungkapnya dengan nada sedih.
Editor: Efendi Noerdin